Selasa, 03 Juni 2014

Dia lah KARNA (Warrior Of the Sun)


Dia lah "KARNA".

...yang terus membawa busurnya,

Sampai orang memuja lesatan panahnya.



Keangkuhannya tak sengaja dipupuk Adirata —ayahnya, kusir istana— yang selalu menyuruhnya meletakkan busurnya,

"Karena kamu —Suta (Baca: Kasta Suta)— tak pernah bisa jadi Ksatria", katanya.



Bukan Karna namanya, kalau harus menyerah.

Mengembara keluar dari Kastanya, menelusuri jari dirinya.



Dari ditolak guru Drona,

Sampai mengaku sebagai Brahma demi belajar ilmu dari Parhasurama.

Kemalangan akan datang karena dustanya, gurunya sendiri yang katakan.

"Kebohongan adalah tanda kelemahan", berkatalah ia dalam kemarahan dan kecewa sebelum Karna diusirnya.



•••

Ambisi terus mendorongnya sampai ke Gelanggang turnamen Pandawa–Kurawa.

Kelancangannya melepas panah di atas Arjuna —Penengah Pandawa,

Membuatnya mendapat tempat di hati Kurawa —Khususnya Duryudana.



Sikapnya telah menantang Calon Putra Mahkota Astina Pura —Arjuna, pemenang turnamen itu.



Duel telah mereka sepakati.

Tetapi seorang mengungkap siapa Karna dan berkata, "Suta tidak bisa sejajar dengan Ksatria".



Tak tahan dihina asal-usulnya,

Duryudana anugerahkan Kerajaan Angga (Awangga) —jajahan Astina Pura— kepadanya.

Dengan penuh kepentingan terhadapnya —yaitu menghimpun sekutu melawan Pandawa.



Kesempatan yang datang di atas kekecewaan yang panjang,

Telah menggelapkan mata Sang Karna.



Sumpah terucap,

Sampai akhir hayat,

Di bawah kaki Sang Duryudana.

Janji telah disaksikan semesta.

Sang Ksatria tidak boleh lupa.







•••

Lesatan panah mulai berpaut,

Dan ada yang terkejut.



Ibunda Pandawa teringat kesalahan di massa lalu —bayi malang yang ia buang telah tumbuh menjadi Ksatria tangguh.

Wanita mulya ini berat untuk membuka apa yang akan menjadi aibnya.



Kunti, tak kuasa melihat darah daging pertamanya, memilih kubu yang salah —Kurawa.



…bersambung


oleh @bennybendz On Twitter

24.05.14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar